Bagian yang paling sulit dalam merencanakan masa depan adalah berbicara mengenai keuangan. Sejak awal menikah, banyak pasangan yang mengaku segan bicara terang-terangan soal keuangan dan permasalahannya, dan hal inilah yang memicu terjadinya “perselingkuhan” soal keuangan dalam rumah tangga. Padahal terbuka secara finansial sangat penting dalam sebuah pernikahan.

Berdasarkan data dari ForbesWoman dan National Endowment for Financial Education (NEFE) terungkap bahwa satu dari tiga orang mengaku pernah berbohong soal pengeluaran keuangannya. Hampir 50% dewasa menikah mengaku merahasiakan sebagian penghasilan mereka dari pasangan, bahkan 37% pria dan 56% wanita mengaku pernah berbohong soal uang.

Nah, berikut ini kami berikan beberapa alasan kenapa Anda tidak seharusnya berbohong tentang finansial kepada pasangan Anda.

Kejujuran adalah kebijakan terbaik

Menurut studi lain tentang kerahasiaan finansial oleh American Consumer Credit Counseling, hampir 20% dari semua pria dan wanita mengakui bahwa mereka menyembunyikan kebiasaan belanja mereka karena akan membuat khawatir pasangan mereka atau menyebabkan gesekan dalam hubungan mereka.

Jika Anda tahu bahwa mengakui kebohongan mengenai masalah keuangan Anda dapat menjadi sangat sulit, cara terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah dengan tidak berbohong sejak awal. Pendekatan terbuka terhadap pengelolaan uang ini tidak hanya akan memperbaiki proses penganggaran rumah tangga Anda, tapi akan membantu Anda dan pasangan belajar untuk membicarakan topik yang sulit. Meskipun Anda mungkin tidak selalu setuju dengan pilihan finansial pasangan Anda, sangat penting untuk mendiskusikannya dan menunjukkan bahwa Anda mampu mendukungnya dan bekerja sama untuk memperbaiki masalah yang ada.

Perilaku keuangan

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa masalah perilaku yang kompleks merupakan akar dari salah langkah finansial yang paling serius. Mulai dari berbelanja secara impulsif hingga materialisme berlebihan, kunci untuk memahami perilaku keuangan pribadi (dan dampaknya terhadap hubungan Anda dengan pasangan Anda) membutuhkan lebih dari sekadar buku keuangan yang baik. Emosi, ciri kepribadian, dan sikap seseorang terhadap uang adalah semua faktor yang dapat berkontribusi pada pilihan finansial yang tidak sehat.

Uang dan masalah emosi

Pernahkah Anda pergi berbelanja untuk mengatasi kesedihan? Menggunakan uang sebagai penopang emosional bisa menjadi racun—untuk diri sendiri dan hubungan Anda.

Jika emosi Anda mengaburkan penilaian Anda tentang uang, jangan menghindari masalah. Menerima perasaan dan perilaku Anda adalah cara terbaik untuk mengurangi intensitas reaksi emosional Anda terhadap uang serta meningkatkan kecerdasan emosional dan finansial Anda. Duduklah bersama pasangan Anda dan pahami dampak destruktif Anda terhadap stabilitas keuangan keluarga. Jujur dan menerimanya dapat memudahkan Anda untuk menyusun rencana tindakan yang lebih baik untuk masa depan.

Uang dan kelemahan hubungan

Meskipun mudah untuk melihat bagaimana uang dapat mempengaruhi suatu hubungan, seringkali kita tidak melihat bagaimana masalah dalam pernikahan Anda dapat mengubah cara Anda menangani keuangan Anda. Jika hubungan Anda terganggu oleh ketidakpercayaan, komunikasi yang buruk, keegoisan atau manipulasi, Anda dapat menyalahkan hal-hal tersebut sebagai pemicu masalah finansial keluarga Anda. Keputusan keuangan Anda yang buruk dapat diperbaiki dengan mengidentifikasi dan menangani masalah ini untuk mencegah kesalahan keuangan di masa depan.

Dimulai dengan kepercayaan

Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh SELF dan Today.com, hampir 70% wanita dan 63% pria berpikir bahwa kejujuran tentang uang sama pentingnya dengan pernikahan mereka agar tetap monogami—tidak ada perselingkuhan. Jika Anda sedang berjuang dengan perselingkuhan keuangan, jangan menunggu untuk mencari pertolongan dan membicarakannya dengan pasangan. Tidak ada salahnya juga untuk meminta saran dari penasihat keuangan agar dapat mencegah masalah ini muncul kembali.