Meskipun tidak berdasarkan teori finansial yang memadai, nyatanya banyak hal yang bisa kita pelajari dari ibu-ibu zaman dulu dalam mengatur keuangan. Apa saja yang bisa kita tiru?

 

Menabung secara teratur

Pernah dengar istilah "sedikit demi sedikit menjadi bukit"? Inilah konsep menabung yang banyak dilakukan ibu-ibu zaman dulu. 

Tak perlu dengan uang yang banyak, asalkan konsisten bisa menjadi dana darurat yang bisa diandalkan di kemudian hari. Percayalah, uang yang kita anggap receh akan terlihat besar jika secara rutin dikumpulkan dalam jangka waktu yang lama. 

Misalnya saja, jika setiap hari menyisihkan uang sebesar Rp10.000 saja, dalam setahun akan kita akan memiliki tabungan sebesar Rp3.560.000. Jika tabungan itu tidak digunakan sama sekali selama 10 tahun, maka uang yang akan tersedia sebesar Rp35.600.000. Lumayan besar, bukan?

 

Menghargai uang

Mungkin dianggap pelit, tapi ibu-ibu zaman dulu tahu betul cara menghargai uang. Tidak ada istilah uang receh, semua uang dianggap punya nilai yang berarti.

Berbeda dengan zaman sekarang, di mana dengan mudahnya kita menghamburkan uang. Apalagi jika uang tersebut didapatkan dengan mudah, seolah tiap rupiahnya tidak berharga.

Jika ingin mengikuti apa yang dilakukan ibu-ibu zaman dulu, kita harus mempertimbangkan setiap rupiah yang ingin dikeluarkan. Jangan karena menilai suatu barang terlihat murah, langsung dibeli tanpa mempertimbangkan berapa rupiah yang sudah dikeluarkan. 

Menghargai uang adalah dengan mengeluarkannya untuk hal-hal yang memang dibutuhkan dan berguna, bukan karena mampu membeli. Terutama hanya demi mengejar gengsi dan tren semata.

 

Hemat pangkal kaya

Ini adalah semboyan para ibu zaman dulu, di mana pengeluaran keuangan benar-benar memiliki prioritas tersendiri. Mereka bisa memilah-milah antara kebutuhan dan keinginan, sehingga tujuan perencanaan keuangan bisa tercapai.

Secara sederhana, kebutuhan adalah sesuatu yang dianggap harus dimiliki agar bisa hidup, sedangkan keinginan adalah sesuatu yang ingin dimiliki tanpa kebutuhan yang mendasar. Untuk mencapai sebuah tujuan perencanaan keuangan yang ideal, kebutuhan harus berada di atas keinginan, bukan sebaliknya.

 

Segalanya tercatat

Meskipun tidak mendapatkan literasi keuangan yang memadai, para ibu-ibu zaman dulu dengan intuisinya bisa melakukan perencanaan keuangan secara pintar. Caranya sesederhana mencatat uang yang masuk dan keluar.

Tidak perlu aplikasi berteknologi mutakhir, yang dibutuhkan dalam hal ini cukup sebuah buku kecil saja. Selain itu, untuk beberapa pos-pos keuangan dipisahkan dalam amplop-amplop khusus agar tidak tercampur atau terpakai dengan kebutuhan lain.

Di zaman sekarang kita juga harus bisa menerapkan hal yang sama, agar bisa mengetahui arus kas setiap bulannya. Hal ini penting dilakukan agar kita menempatkan pos-pos keuangan dalam prioritas tertentu, agar tidak terjadi besar pasak daripada tiang.

Namun, jika apa yang dilakukan di masa lalu terasa merepotkan, kita bisa memanfaatkan aplikasi digital pengelolaan keuangan. Bahkan saat ini beberapa aplikasi dompet digital sudah memiliki kemampuan membuat pos-pos pengeluaran yang langsung terintegrasi dengan pembayaran online untuk beberapa tagihan, seperti listrik, air, internet, hingga kartu kredit.

 

Dioptimalkan dengan produk keuangan

Jika berencana melakukan perencanaan keuangan seperti di atas, tidak ada salahnya untuk menambahkan produk keuangan lain, seperti memiliki asuransi. 

Dengan memiliki asuransi, kamu bisa mewujudkan ketenangan pikiran, sambil mengejar impian. Asuransi bisa melindungi kamu dari berbagai risiko yang dapat saja terjadi di setiap tahapan kehidupan. 

Salah satu produk asuransi yang bisa kamu pertimbangkan sebagai bagian dari perencanaan keuangan adalah asuransi Sun Proteksi Pintar yang memberikan proteksi kesehatan sekaligus proteksi jiwa dan manfaat pengembalian premi.